Friday, March 20, 2020

Bahasa Inggris | Reading, The Achaemenid Empire

By 539 BC, Cyrus had conquered vast areas of land, including Babylonia, Palestine, Syria, and Asia Minor. (The Bible mentions Cyrus as the liberator of Jews who had been held captive in Babylon.)

Cyrus was also noted for his humane policies. For example, he allowed his conquered subjects to keep their own religion. In fact, the Persians adopted much from the culture of the lands they controlled, including Iran, and this greatly enriched Persian culture. The Persians constructed magnificent buildings and good roads and even established shipping lines.

Darius and Xerxes were other well-known kings who further expanded the Achaemenid Empire, creating the largest empire of the time. Persia soldiers were excellent archers. In war, ranks of bowmen would shoot hundreds of arrows at the enemy from a long distance, thus overwhelming the enemy before hand-to-hand fighting began.

However, the Persians were unable to defeat the Greeks. The Persians were driven back by the numerically inferior Greeks at Marathon in 490 BC and Salamis in 480 BC. 

The Achaemenid Empire came to an end with the conquest of Persepolis by Alexander the Great in 330 BC.

Referensi:

Rajendra V, Kaplan G, Rajendra R. 2006. Cultures of the World: Iran. New York, United States: Marshall Cavendish Benchmark. p.16.

Bahasa Indonesia | Membaca, Topi Miring Sinjo Kemajoran

Satu waktu datang dari Betawi rombongan Tonil Dardanella. Pada salah satu pementasan cerita yang mereka bawakan dan kami tonton berjudul Sinjo Kemajoran. Sinjo ini diumpamakan seorang Indo bernama Leo Ten Brink. Dari awal hingga akhir pementasan, tokoh sentral ini memakai sebuah baret di kepalanya. Karena bentuknya yang bundar pipih miring ke bawah dengan sebuah buntut pendek kecil di tengah-tengahnya, topi ini dianggap umum sebagai pencerminan krisis ekonomi yang sedang berlaku, jadi "topi meleset" dari "zaman meleset". Maka baret ini cepat menjadi topinya anak-anak muda kota ketika itu. Dan kakak-kakakku tak mau ketinggalan membelikan satu untuk aku. Kalau yang ini senang aku memakainya.

"Ah, tak di emaklah topi seperti itu," kata emak mencibir. "Apa-apaan meniru laki-laki Indo Kemajoran seperti itu. Orangnya banyak omong, hilir mudik tak menentu."

"Bukan orangnya Mak yang kami tiru, tapi topinya yang memang kocak." Kak Marni membelia pilihannya. "Kata orang topi seperti ini biasa dipakai oleh laki-laki dan perempuan di Paris. Coba Mak lihat!" Lalu kedua kakakku bergantian memperagakan pemakaian baret. Harus kuakui bahwa mereka kelihatan manis sekali dengan baret miring di atas rambut hitam lebat yang dikepang dua, menggelantung ke bawah mengapit leher yang jenjang. "Nah sekarang giliran emak memakainya," ajak Kak Marni. "Ayolah Mak, mari dicoba. Ecek-eceknya kita berada di kota Paris."

"Mak, ini bukan ecek-ecek lagi," sambung Kak Ani. "Sekarang ini kita sudah berada di Paris. 'Kan Medan sudah disebut-sebut sebagai Parijs van Sumatra. Ayo, Mak, cobalah baret ini."

Emak bangkit dari tempat duduknya dan segera memakai baret di kepalanya. Rambutnya yang juga mengikal mayang dibiarkan tergerai sampai ke pinggangnya. Dia lalu melenggang-lenggok seperti yang tadi diperagakan oleh kedua kakakku. Kami bertepuk tangan kegirangan melihat hal ini. Emak kelihatan tak kalah manis daripada kakak, apalagi kalau dia betul-betul bersolek. Ketika tiba giliranku memakai baret, bapak muncul di ambang pintu.

"Ada apa sorak-sorai gemuruh ini," tanyanya ingin tahu.

"Lihat Pak, si Daoed saya belikan topi baru," kata Kak Marni. "Namanya baret."

"Oh, seperti yang dipakai oleh pemain tonil itu," komentar bapak. "Nanti bolehlah bapak pinjam untuk dipakai ke kandang lembu."

"Ah, sampai hati Bapak bilang begitu," protes Kak Marni seperti merajuk. Padahal dia tahu ucapan bapak tadi hanya untuk main-main saja. "Ini bukan topi sembarangan Pak! Masak mau dipakai ke kandang."

"Sudahlah. Ini bapak ganti uangmu ala kadarnya," kata bapak sambil menyerahkan tiga talen kepada kakak. "Biarkan si Daoed memakai kabaret itu. Pantas dan gagah kelihatannya."

"Anak siapa dulu?" kata emak menggoda bapak.

"Bin Mohammad Joesoef!" Bagai dalam paduan suara kakak-kakak dan aku bersuara serentak.

Bapak tersenyum belaka dan pergi meninggalkan kami. Setelah bapak menghilang, dengan baret tetap bertengger di kepala, aku ajak kedua kakakku berdialog dengan logat Betawi meniru apa yang dipentaskan oleh Tonil Dardanella. Logat ini kedengarannya lucu. Emak bisa tergelak-gelak mendengar ucapan-ucapan ala Betawi kami. Kalau semua orang di Betawi berbicara dengan logat seperti ini pikirku di dalam hati, alangkah kocaknya kehidupan di Ibu Kota Hindia Belanda ini.

Referensi:
Joesoef D. 2010. Emak: Penuntunku dari Kampung Darat sampai Sorbonne. Jakarta, Indonesia: Penerbit Buku Kompas. hal.12-14

Agama Islam | Tafsir Surah Yunus 40-41

Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup bagi semua manusia. Namun, tidak semua manusia mau menerima Al-Qur'an sebagai kebenaran yang harus diikuti. Di dalam Surah Yunus ayat 40-41 Allah Subhanau Wa Ta'ala menjelaskan bahwa Dia maha mengetahui orang-orang yang beriman maupun yang tidak beriman kepada Al-Qur'an. Mengimani Al-Qur'an mengandung arti bahwa manusia memahami dan mengamalkan kandungan dari Al-Qur'an. Sedangkan manusia yang tidak memahami dan tidak mengamalkan Al-Qur'an tergolong sebagai manusia yang tidak beriman. 

Di dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan manusia untuk memiliki toleransi. Di akhirat nanti manusia dimintai pertanggungjawaban amal dirinya, bukan amal orang lain. Penjelasannya sejalan dengan Surah az-Zumar ayat 7 yang menyebutkan: "Jika kamu kafir (ketahuilah maka Allah tidak memerlukanmu) dan Dia tidak meridhlai kekafiran hamba-hamba-Nya. Jika kamu bersyukur maka Dia meridhlai kesyukuranmu itu. Seseorang yang berdosa tidak memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia maha mengetahui apa yang tersimpan di dalam dada(mu)."

Referensi:
Ilmy B. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan Kelas XII. Jilid 3. Bandung, Indonesia: Grafindo Media Pratama. hal.6

Wednesday, March 18, 2020

Ekonomi | Pengadaan barang kebutuhan

Kutipan langsung dengan ejaan yang diperbarui dari pernyataan Muhammad Hatta mengenai skala prioritas pengadaan barang-barang kebutuhan bagi masyarakat Indonesia.

Terhadap barang-barang yang kurang selalu dari yang normal diperlukan rakyat harus diadakan peraturan pembagiannya, sehingga semua orang dapat "kebagian". Istimewa terhadap beras pembagian itu harus lancar jalannya. Distribusi itu mestilah teratur sedemikian rupa, sehingga pemindahan beras hanya berjalan dari daerah yang berkelebihan, daerah plus, kedaerah yang kekurangan, daerah minus. Pemindahan-pemindahan barang penting itu hendaknya cara begitu daerah pedalaman tidak mempunyai kelebihan dari yang diperlukan sendiri, maka beras impor saja dipergunakan untuk kota-kota dan perusahaan-perusahaan perkebunan, dimana terdapat konsentrasi kaum konsumen yang tidak menghasilkan barang-barang makanannya. Kekurangan yang masih terdapat sementara pada daerah pedalaman dipenuhi dengan beras impor. 

Referensi:
Hatta M. Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia. Penerbit Djambatan. hal.44
Hatta M. Beberapa Fasal Ekonomi, jilid I cetakan ke-enam, hal.179.

Sunday, March 15, 2020

Bahasa Inggris | Latihan kosakata [2]

Sebutkanlah padanan kata dan/atau arti kata-kata di bawah ini di dalam bahasa Indonesia!

stucco : ....
edifice : ....
surmounted : ....
effigies : ....
opulence : ....
baronetcy : ....
pallor : ....
shiftiness : ....
sensuous : ....
waxen mask : ....
countenance : ....
ordinaries : ....
verge : ....
monstrosity : ....
embryonic : ....
abysmal : ....
countenance : ....
frock coat : ....
trenchantly : ....
rubicund : ....
asperity : ....
obsequious : ....
reminiscences : ....
flotation : ....
accursed : ....
proprietors : ....
swine : ....
redden : ....
baksheesh : ....
repudiation : ....

Kata-kata di atas dipergunakan oleh H. Ridder Hagard di dalam novel yang berjudul "The Yellow God" (hal. 1-20).