Friday, September 27, 2019

Antroposentrisme

Antroposentrisme (anthropocentrism), atau aliran yang terpusat pada manusia (human-centered), merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan-pandangan filsafat tertentu yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip etika berlaku hanya pada manusia, dan kebutuhan dan kepentingan manusia merupakan nilai yang paling tinggi. Antroposentrisme berhubungan dengan filsafat agama maupun filsafat sekuler. Di dalam sains, antroposentrisme berperan penting di dalam membebaskan pengetahuan manusia dari kewenangan-kewenangan eksternal, dan mendorong kepentingan manusia sebagai satu kesatuan melawan kepentingan-kepentingan yang lain. Baik ilmuwan maupun ahli teologi telah menarik antroposentrisme untuk membantu mempertahankan pandangan spesifik tentang alam; ilmuwan berpedoman pada pandangan tentang evolusi di mana manusia dianggap sebagai bentuk tertinggi dari kehidupan di Bumi, sedangkan ahli teologi berpedoman pada hak yang dimandatkan oleh Tuhan kepada manusia untuk menjalankan dominasi atas alam.

Bermula pada sekitar tahun 1970 antroposentrisme menjadi semakin lazim terjadi di dalam wacana lingkungan. Etika antroposentris mengevaluasi isu-isu lingkungan berdasarkan bagaimana isu-isu tersebut mempengaruhi kebutuhan manusia dan terutama merujuk pada kepentingan manusia. Istilah ini bertolak belakang dengan berbagai pandangan biosentris (berpusat pada kehidupan), yang beranggapan bahwa makhluk selain manusia juga membawa nilai moral.

REFERENSI:

Kristiansen R. "Anthropocentrism". Dalam: JWV van Hyussteen. (2003). Encyclopedia of Science and Religion. New York: Macmillan Reference USA. hal. 18-19.